Jakarta, Kompas - Anak-anak di bawah usia lima tahun (balita), terutamapada anak usia di bawah dua tahun, rentan terserang penyakit infeksipneumokokus yang invasif (IPD). Badan Kesehatan Dunia (WHO)memperkirakan, infeksi ini menyebabkan kematian pada satu juta anak balita setiaptahun. Kebanyakan kematian ini terjadi di negara-negara berkembang.
Ancaman infeksi pneumokokus invasif ini perlu diwaspadai sejakdini, kata Prof Cissy R Kartasasmita, staf pengajar Departemen IlmuKesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran-Rumah Sakit HasanSadikin Bandung, dalam media edukasi bertema Rekomendasi WHO:Vaksin Pneumokokus harus Diprioritaskan dalam Program Imunisasi Nasional
Selasa (4/12), di Hotel Nikko, Jakarta.Penyakit infeksi pneumokokus yang invasif adalah sekelompok penyakityang disebabkan bakteri penumokokus dan menyebar melalui darah (invasif) ke organ-organ penting dalam tubuh seperti otak, paru-paru, telingabagian tengah, dan menyebabkan kematian utama satu juta bayi dan balitasetiap tahunnya.
Penyakit IPD paling banyak menyerang bayi dananak-anak di bawah usia dua tahun, ujarnya.IPD juga menyebabkan kematian balita terbanyak akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Tahun 2006, Unicef dan WHO meneritkan bukuberjudul Pneumonia The Forgotten Killer of Children. Dalam buku itu dilaporkan, pneumonia merupakan pembunuh utama anak-anak bila dibandingkan dengan gabungan penyakit campak, malaria dan AIDS sekaligus. Akan tetapi, masih sedikit perhatian yang diberikan pada penyakit ini.Menurut data WHO, penyakit IPD merupakan penyebab angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi di seluruh dunia. Padatahun 2005, WHO memperkirakan 1,6 juta kematian disebabkan kuman pneumokokus setiap tahunnya. Perkiraan ini mencakup kematian 0,7 hingga satujuta anak balita. Kebanyakan kematian ini terjadi di negara-negara berkembang, risiko tertinggi terutama pada anak-anak kurang dari dua tahun. Indonesia merupakan negara keenam di dunia dengan jumlah kasus pneumonia anak terbanyak. Separuh dari kasus pneumonia disebabkan kuman pneumokokus, sehingga diperlukan intervensi efektif untuk pencegahan dengan vaksinasi, selain nutrisi yang adekuat, pemberian ASI secara eksklusif dan zinc,kata Cissy menegaskan. Ketua Satuan Tugas Imunisasi Prof Sri Rezeki S Hadinegoro menambahkan,mengingat besarnya angka kesakitan infeksi pneumokokus, terutama golongan IPD yang banyak menimbulkan mortalitas pada anak-anak, makavaksinasi adalah satu-satunya upaya pencegahan terbaik. Apalagi angka kematian anak di Indonesia masih tinggi yakni sebesar 162.000 per tahun
Hati-hati Bakteri yang Invasif Dibandingkan diare yang sekarang sedang marak, ternyata pneumoniamenjadi penyebab kematian tertinggi pada balita. Menurut survei yang dilakukan Departemen Kesehatan tahun 2001, kematian balita karena pneumonia mencapai angka 23 persen, sementara diare "hanya" 13 persen, dan penyakit gangguan syaraf mencapai 12 persen. Pneumonia bisa disebabkan berbagai hal. Salah satunya karena bakteri Streptococcus pneumoniae. Bakteri ini, secara alami hidup di rongga hidung dan tenggorokan manusia. Pada balita, bakteri bisa menjadi ganas bila kondisi tubuh melemah dan bakteri terinfeksi masuk ke dalam tubuh melalui udara. Bakteri ini bisa masuk ke saluran sinus dan menyebabkan sinusitis atau radang pada telinga. Tapi, yang paling berbahaya adalah bila bakteri masuk ke dalam darah dan menyebabkan penyakit yang sifatnya invasif(menyebar lewat aliran darah). Bakteri invasif, disebut Invasive Pneumococcal Disease (IPD), bisa menyebabkan radang paru bila "nyangkut" diparu-paru (pneumonia), radang selaput otak (meningitis), dan infeksi darah(bakterimia). Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menghitung, pada tahun 2006,sekitar 700.000- 1.000.000 anak meninggal tiap tahunnya karena pneumokokus. WHO juga meneliti pneumokokus menjadi penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi tapi menyebabkan kematian terbanyak. Memang bila bakteri ini mengganas di dalam tubuh, meninggal adalah salah satu risiko terburuknya. Sangat jarang, pasien yang terpapar bakteri ini sembuh seratus persen, kebanyakan malah sembuh tapi mengalami kecacatan seperti kehilangan pendengaran atau penurunan kecerdasan dan kemampuan mental. Bakteri ini mudah menyebar di lingkungan hunian yang padat. Di tempat umum seperti penitipan anak atau sekolah. Bakteri juga lebih menyebar disaat pergantian musim dan di musim hujan. Bakteri menyebar melalui udara, ditularkan lewat lendir hidung misalnya melalui percikan ludah saat bicara, batuk, atau bersin. Untungnya, penyakit ini bisa dicegah. Caranya dengan imunisasi. Imunisasi, menurut dr. Alan Roland Tumbelaka, Sp.A(K), Kepala Divisi Infeksidan Penyakit Tropis Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI-RSCM, menjadi satu-satunya pencegah. Vaksin Pneumokokus Konjungat 7-valent (PCV) merupakan vaksin pencegah IPD yang aman dan efektif. "Vaksin ini efektif bila diberikan pada anak usia dua bulan. Selanjutnya diulang setiap empat minggu hingga usianya dua tahun. Usia rawan terserang IPD adalah 0-5tahun, meski mungkin saja IPD menyerang orang dewasa. Tapi, untuk pasien dewasa, IPD belum ada vaksinasinya," kata Alan dalam media edukasi tentang pencegahan penyakit pneumokokus, di Jakarta, baru-baru ini. Strategic Advisory Group of Expert (SAGE), kelompok penasihat utama WHO untuk vaksinasi dan imunisasi, menyarankan agar vaksin ini masuk sebagai vaksin prioritas dalam program imunisasi nasional. Di Indonesia,vaksin PCV-7 sudah dimasukan ke dalam jadwal imunisasi nasional tapi, belum termasuk imunisasi wajib. Vaksin ini, diberikan pada anak umur lima tahun ke bawah. Pemberiannya dua kali dengan interval satu bulan. Kalau usianya sudah lebih dua tahun, pemberiannya hanya satu kali. Dengan vaksin, penyakit IPD bisa dicegah hingga maksimal yaitu hingga 97 persen pada bayi yang telah menerima vaksinasi penuh (4 dosis). "Vaksinasi merupakan upaya pencegahan primer. Dengan memasukan vaksin ke dalam tubuh, akan terbentuk antibodi sehingga akan terhindar dari penyakit, tidak menularkan penyakit, dan akhirnya memutuskan transmisi penyakit," kata Dr Soedjatmiko, Sp.A (K), MSI,Sekretaris Satuan Tugas Program Pengembangan Imunisasi Ikatan DokterAnak Indonesia (Satgas PPI IDAI). Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri Haemophilus Influenzae tipe b(Hib) misalnya, mengalami penurunan penderita secara signifikan karena vaksinasi Hib. "Sekarang, kalau dilihat angkanya, kematian akibat bakteri Hib menurun karena sudah berjalannya imunisasi. Mudah-mudahan ke depan,IPD juga bisa diturunkan angkanya dengan imunisasi," kata Alan. Jadi,siapkan senjata ampuh untuk pembunuh nomor satu, dengan imunisasi tentunya.
(sra)
Sumber: Warta Kota
Niiyy sekilas ttg bahaya IPD
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar